A.
Pengertian
dan Karakteristik Penyesuaian Diri
1.
Pengertian
Penyesuaian Diri
Kemampuan penyesuaian
diri yang sehat terhadap lingkungan merupakan salah satu prasarat yang penting
bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang
menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak mampuannya
dalam menyesuaian diri baik dengan kehidupan keluarga sekolah pekerjaan, maupun
masyarakat pada umumnya.
Tidak sedikit
orang-orang yang mengalami stres akibat kegagalan mereka untuk melakukan
penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada dan komplek.
Kondisi fisik,
mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan
yang kemungkinan akan berkembang ke proses penyesuaian yang baik atau tidak
baik. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang bergerak
aktif dan dinamis. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas-aktifitasnya yang ber-kesinambungan.
Ia berusaha memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohaninya.
Pengertian penyesuaian
diri (adaptasi) berasal dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yang
dikemukakan oleh Charles Darwin pada teori evolusinya.”Genetik Changes can Improve ability of organisms to survive,
reproduce, and an animal, raise offspring, this process is called adaptation”.
Artinya, tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai
tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup, seperti cuaca dan berbagai
unsur alamiah lainnya.
Menurut Davidov,
“Suatu proses untuk mencari titik temu
antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan sekitarnya”.
Jadi
penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah
dan dinamis yang bertujuan mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi
lingkungannya, penyesuaian diri dapat diartikan sebagai berikut :
a.
Penyesuaian
diri yang berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensi, atau bisa dibilang
“survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat
mengadakan relasi atau hubungan yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan
sosial.
b.
Penyesuaian
diri dapat pula diartikan sebagai konformitas
yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip yang berlaku
umum.
c.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan juga mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara
efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
kuat atau memenuhi syarat.
d.
Penyesuaian diri
sebagai penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan dan situasi.
Dengan demikian
penyesuaian diri merupakan suatau proses alamiah dan dinamis yang bertujuan
mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan
kondisi lingkungannya.
2.
Karakteristik
Penyesuaian Diri
Dalam kenyataan tidak
selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Hal itu
disebabkan adanya rintangan ada hambatan atau hambatan tertentu yang
menyebabkan ia tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara optimal.
Rintangan-rintangan itu dapat bersumber dari dalam dirinya (keterbatasan) atau
mungkin dari luar dirinya. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan
karakteristik penyesuaian diri yang positif dan yang salah.
a.
Penyesuaian diri
yang positif
Individu yang tergolong mampu melakukan
penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah,
3.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
4.
Memilki
pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri,
5.
Mampu
belajar dari pengalaman,
6.
Bersikap
realistik dan objektif,
Dalam
penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk
berikut ini;
-
Penyesuaian
diri dalam mengahadapi masalah secara langsung
-
Penyesuaian
diri dengan melakukan penjelajahan atau explorer
-
Penyesuaian
diri dengan trial and error
-
Penyesuaian
dengan subtitusi atau mencari pengganti
-
Penyesuaian
diri dengan belajar
-
Penyesuaian
diri dengan pengendalian diri
-
Penyesuaian diri dengan perencanaan yang
cermat
b.
Penyesuaian
Diri yang Salah
Akibat daripada tidak
berhasilnya penyesuaian diri secara positif maka akan timbul pribadi yang salah
dalam menyesuaikan diri. Pribadi tersebut ditandai dengan adnya sikap yang
serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, membabi
buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah,
yaitu reaksi bertahan, reaksi menyerang,
dan reaksi melarikan diri.
1.
Reaksi Bertahan (defence reaction)
Individu
berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia tidak sedang
menghadapi kegagalan. Ia akan berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami
kesulitan. Berikut reaksi-reaksi yang terjadi :
-
Rasionalisasi, mencari kebenaran atas
tindakannya yang salah
-
Represi, melupakan perasaan atau
pengalaman yang pahit
-
Proyeksi, menyalahkan kegagalannya
kepada orang lain
-
Sour
grapes (anggur kecut), membalikkan fakta dengan
kebenarannya dia sendiri
2.
Reaksi Menyerang (aggressive reaction)
Individu
yang salah penyesuaian akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat
menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia
tidak mau menyadari kegagalannya atau tidak mau menerima kenyataan.
Reaksi-reaksinya antara lain:
-
selalu membenarkan diri sendiri,
-
selalu ingin berkuasa dalam setiap
situasi,
-
merasa senang bila mengganggu orang
lain,
-
bersikap menyerang dan merusak, dan
sebagainya.
3.
Reaksi Melarikan Diri (escape reaction)
Dalam
reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik
atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikut:
-
Suka berfantasi untuk memuaskan
keinginan yang tidak tercapai dengan bentuk angan-angan.
-
Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh
diri, atau menjadi pecandu narkoba.
-
Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku
kekanak-kanakan.
B.
Proses
dan Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
1.
Proses
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah
proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan
sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna
tidak akan pernah tercapai. Penyesuaian lebih bersifat suatau proses psikologi
sepanjang hayat. (live Long Process) Dan manusia terus menerus akan berupaya
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang
sehat. Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya.
Beberapa faktor lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri
yang cukup sehat bagi remaja adalah sebagai berikut;
a.
Lingkungan
Keluarga yang Harmonis
Apabila
dibesarkan dilingkungan keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat cinta
kasih, respect, toleransi, dan rasa aman. Seorang anak akan dapat penyesuaian
diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan keluarga merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak. Dalam kenyataannya banyak
orang tua mengetahui hal ini tetapi mereka mengabaikannya dengan alasan mencari
penghasilan yang besar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin
masa depan anak.
b.
Lingkungan Teman
Sebaya
Menjalin
hubungan yang erat yang harmonis dengan teman sebaya sangatlah penting pada
masa remaja. Suatau hal yang sulit bagi remaja menjauh dari dan dijauhi oleh
temannya. Remaja mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di
hatinya, dari angan-angan, pemikiran, dan perasaan-perasaannya. Ia
mengungkapkan kepada teman sebayanya yang akrab secara bebas dan terbuka
tentang rencana, cita-cita, dan kesulitan-kesulitan hidupnya.
c.
Lingkungan
sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan sosial secara luas
dan komplek. Demikian pula guru tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga
berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih bagi murid-muridnya.
Pendidikan modern menuntut guru untuk mengamati perkembangan penyesuaian diri
pada murid-muridnya serta mampu menyusun sistem pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan tersebut
2.
Aspek-Aspek
Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki
dua aspek yaitu, penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial.
a.
Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi
adalah kemampuan seorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang
harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya. Keberhasilan penyesuaian
diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk
lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya,
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh adanya keguncangan dan emosi,
kecemasan, pribadi, ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebagai akibatnya adanya jarak pemisah
antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh linkungannya.
b.
Penyesuaian
Sosial
Dalam kehidupan
di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus
menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan
dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan hukum adat-istiadat, nilai, dan
norma sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga,
masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Apa
yang diserap yang dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat
masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan
individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial sangat baik. Proses
berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah
kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Setiap kelompok atau suku bangsa memiliki sistem nilai yang berbeda-beda. Dalam
proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial
yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan
membentuk kepribadiannya. Seperti yang dikatakan oleh Sigmud Freud bahwa hati nurani atau super ego, akan berusaha
mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap
beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat serta menolak
dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
C.
Implikasi Penyesuaian Diri Peserta Didik
Lingkungan
sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain
mengemban fungsi pengajaran, sekolah juga mengemban fungsi pendidikan (transformasi
nilai dan norma sosial).
Upaya yang dapat
dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja di sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Menciptakan
situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi siswa, baik secara
sosial, fisik maupun akademis.
2. Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa
3. Berusaha
memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun aspek
pribadinya.
4. Menggunakan
metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.
5. Menciptakan
ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan
6. Menggunakan
prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
7. Adanya
keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan
8. Mendapatkan
kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam menjalankan kegiatan
pendidikan
9. Melaksanakan
program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.
10. Membuat
tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.
No comments:
Post a Comment